Budaya Literasi Ciptakan Tradisi Berpikir


Buku adalah jendela dunia. Istilah yang sudah sangat popular ditengah kita. Maknanya menggambarkan betapa pentingnya buku karena memberikan banyak pengetahuan pada manusia. Namun, tidak jarang kita melakukan aktivitas membaca hanya untuk “iseng” saja. Iseng karena mungkin sedang menunggu, sedang jenuh dan bosan atau alasan lainnya. Membaca yang hanya sekilas saja, kemudian kita lupa setelahnya karena memang tidak diniatkan untuk benar-benar membaca. Aktifitas membaca di lakukan untuk menghabiskan waktu (to kill time), bukan untuk mengisi waktu (to full time) dengan sengaja. Artinya aktifitas membaca belum menjadi kebiasaan tapi lebih kepada kegiatan ’iseng’ saja. Aktifitas membaca pun belum menjadi prioritas yang masuk dalam to do list harian disertai dengan target baca.

Tingkat literasi masyarakat memiliki hubungan vertikal terhadap kualitas bangsa. Tolak ukur kemajuan serta peradaban suatu bangsa adalah budaya membaca yang telah mengakar pada masyarakatnya. UNESCO menyatakan dari 1000 orang penduduk Indonesia, ternyata hanya satu orang yang memiliki minat baca. Indeksi minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001. Masyarakat Indonesia rata-rata membaca 0-1 buku setiap tahun. Berbeda dengan warga negara Amerika Serikat yang terbiasa membaca 10-20 buku setahun, sedangkan warga Jepang 10-15 buku setahun. Ini merupakan sebuah tragedi. Hal ini mengkonfirmasi bahwa literasi masih termarjinalkan pada lanskap ekonomi dan politik negara kita.

Menurut kamus Merriam-Webster, literasi ialah suatu kemampuan atau kualitas melek aksara di dalam diri seseorang di mana di dalamnya terdapat kemampuan membaca, menulis, dan juga mengenali serta memahami ide-ide secara visual. Menurut UNESCO, literasi ialah seperangkat keterampilan nyata, terutama keterampilan dalam membaca dan menulis yang terlepas dari konteks yang mana keterampilan itu diperoleh serta siapa yang memperolehnya. Jadi literasi adalah kemampuan seseorang dalam mengolah dan memahami informasi saat melakukan proses membaca dan menulis.

Literasi merupakan kecakapan hidup yang dapat menjadikan manusia berfungsi secara maksimal dalam masyarakat. Kecakapan dalam hidup bersumber dari bagaimana literasi itu diterapkan dengan kegiatan berpikir kritis. Budaya literasi berkaitan dengan masa depan bangsa, sehingga perlu mendapatkan perhatian serius. Kualitas suatu bangsa ditentukan oleh kecerdasan dan pengetahuannya, sedangkan kecerdasan dan pengetahuan di hasilkan oleh seberapa ilmu pengetahuan yang didapat, sedangkan ilmu pengetahuan di dapat dari informasi yang diperoleh dari lisan maupun tulisan. Kemampuan literasi merupakan modal utama masyarakat dalam menilai sebuah informasi sampai meningkatkan kesejahteraan hidup. Hal itu berhubungan dengan kemampuan masyarakat dalam memilah sumber sampai menambah pengetahuan yang dapat menjadi modal dalam menjalani kehidupan. Jika kemampuan literasi rendah, masyarakat akan mudah termakan oleh berita bohong atau lebih buruknya kesulitan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup karena tidak memiliki modal pengetahuan.

“Demokrasi hanya akan berkembang di suatu masyarakat yang warganya adalah pembaca, adalah individu-individu yang merasa perlu untuk membaca, bukan sekadar pendengar dan gemar berbicara”.
– Daoed Joesoef, dalam Bukuku Kakiku, 2004 –

Budaya literasi adalah suatu budaya di dalam masyarakat yang meliputi segala usaha manusia yang berkaitan dengan kegiatan membaca dan menulis. Komponen utama dalam pembentukan budaya literasi adalah kegiatan membaca, menulis dan berpikir kritis. Tujuan budaya literasi adalah menciptakan tradisi berpikir yang diikuti oleh proses membaca dan menulis sehingga dapat menciptakan karya tulis ilmiah yang berdaya guna.

Minat baca bukanlah suatu yang alamiah, tetapi lahir dari proses belajar, proses pembiasaan, pengalaman serta dukungan dari lingkungan sekitar. Kebiasaan merupakan kegiatan yang dilakukan berulang-ulang, bukan hanya sekali dua kali, namun menjadi kegiatan yang terstruktur di sertai dengan target yang jelas.

Minat atau kemauan membaca menjadi sumber motivasi yang sangat penting untuk menganalisa dan mengingat seta mengevaluasi bacaan. Tingginya minat baca seseorang berpengaruh terhadap wawasan, mental dan perilaku seseorang. Gemar membaca (reading society) menjadi kunci untuk berdaptasi dengan perkembangan global. Apa jadinya ketika berharap menjadi orang yang berwawasan namun aktivitas membaca masih sebuah keisengan buat kita.

Sejatinya banyak manfaat yang bisa kita petik dari kebiasaan membaca, di antaranya bertambahnya wawasan, kebijaksanaan dalam bersikap dan mengatasi masalah, menjadikan diri kita cerdas, membentuk karakter dan kepribadian yang baik, serta meningkatkan kualitas diri. Sebagai bangsa yang besar, Indonesia harus mampu mengembangkan budaya literasi dan memiliki kecakapan hidup.

Stigma mengenai rendahnya minat baca masyarakat ini akhirnya menghasilkan daya saing yang rendah, indeks pembangunan SDM yang rendah, inovasi masyarakat yang rendah, dan memengaruhi pendapatan perkapita negara.

Semakin seseorang memiliki minat baca yang tinggi, maka berbagai pengetahuan dan masukan akan ia terima dengan baik dan berdampak positif tak hanya bagi dirinya tetapi juga lingkungan di sekitarnya. Karena dengan menumbuhkan minat baca, seseorang mampu mengolah, mensistematisasikan, dan mengemas bacaan menjadi hal yang berguna.

Cicero seorang orator dan penulis prosa terkenal pada abad ke 43 SM mengatakan “ a room without book like body without soul ”.

Oleh karena itu, kita harus mulai memperbaiki kondisi sumber bacaan kita dan mencoba untuk menggali minat baca yang telah lama tersembunyi dalam diri kita. Mari membangun kesadaran bersama untuk menumbuhkan minat baca. Buku adalah jendela dunia dan membaca adalah kuncinya. Dengan membaca, ilmu pengetahuan akan didapat, wawasan pun bertambah. Dan pada gilirannya, kegemaran membaca ini akan membentuk budaya literasi yang berperan penting dalam menciptakan bangsa yang berkualitas.

Di sisi lain untuk mencetak Sumber Daya Manusia (SDM) terbaik, harus dimulai dari gerakan literasi atau gerakan membaca. Karena dengan literasi tinggi akan bisa melahirkan manusia yang bisa berinovasi dan berdaya saing tinggi. Tanpa literasi tinggi tidak akan bisa menciptakan SDM yang inovatif dan kompetitif

Lalu kenapa kami sangat konsern dengan dunia literasi? Karena itu tanggung jawab semua elemen masyarakat Indonesia.

Sudahkah membaca buku hari ini?

(FIR)




Recommended For You